Social Icons

Minggu, 05 April 2015

Kontroversi Jurnalisme Warga

Kompasiana awalnya adalah blog jurnalis kompas yang bertransformasi menjadi sebuah media warga (citizen media). Kompasiana juga merupakan sekumpulan tulisan dari para blogger yang memiliki akun di kompasiana. Di sini setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.

John Hiler (dalam Shayne Bowman and Chris Willis, 2205) mengenalkan konsep Media Ecosystem, dimana konsep ini menjelaskan adanya hubungan baik antara Citizen Media dengan Mainstream Media. Proses ini terjadi apabila bloggermendiskusikan dan mengembangkan berita yang diproduksi oleh mainstream media, dimana di dalamnya terdapat aktifitas citzen journalism, laporan aksi mata, komentar, dll.

Banyak dari pengguna akun kompasiana yang memposting tulisannya mengenai komentar, ulasan, atau isu-isu hangat dari media mainstream seperti TV dan Surat Kabar yang sebelumnya telah memberitakan isu tersebut. Kemudian, para pengguna atau kita menyebutnya kompasianer membicarakan isu tersebut di situs kompasiana. Aktifitas diatas bisa disebut sebagai Media Ecosystem. Para pengguna kompasiana juga dapat disebut sebagai citizen journalism.
Jurnalisme warga dengan segala kelebihan dan kelemahannya mengalami perkembangan. Misalnya, munculnya kolaborasi antara jurnalisme warga dengan mainstream media yang saat ini dianggap sebagai salah satu di era jurnalisme digital. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Henrik O’rnbring menemukan masalah individualism dari jurnalis warga, serta tak adanya institusi yang menaunginya sehingga jurnalis profesional mempermasalahkan integritas jurnalis warga.

Berita atau tulisan yang ditulis oleh jurnalisme warga yang memang tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik, terkadang tidak sesuai dengan kode-kode etik jurnalistik. Jadi, hal  ini masih menjadi permasalahan bagi para jurnalis profesional. Namun, jurnalisme warga tidak begitu di khawatirkan keberadaannya oleh jurnalis profesional. Meski penuh kontroversi, jurnalisme warga memunculkan warna baru di era jurnalisme digital. Contohnya dalam liputan straight newsseperti bencana alam, jurnalisme warga mengabarkan lebih cepat dari media mainstream.

Dalam rangka mengembangkan pengelolaan konten di media kompasiana dan untuk merangsang masyarakat yang terlibat dalam penyampaian informasi dan opini secara terbuka, Kompasiana dan Kompas TV memproduksi program interaktif bernama Kompasiana TV. Acara tersebut hadir dalam bentuk bincang-bincang (talkshow) interaktif dan ulasan reportase yang dilaporkan dan ditayangkan kompasianer.

Kemunculan Kompasiana TV sebenarnya sangat baik, karena tulisan atau berita yang ditulis oleh kompasianer bisa diulas oleh pakarnya. Sehingga, opini yang di tuliskan dapat dibetulkan apabila memang menyimpang dari kondisi yang sebenarnya. Tidak hanya itu, Kompasiana TV juga bisa menjadi media yang paling update apabila mengabarkan sebuah berita, karena berhubungan langsung dengan netizen yang melakukan kegiatan jurnalisme warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates